MAKALAH PENALARAN ILMIAH
DISUSUN OLEH
NAMA : APRIYANDI
NPM
: 11113227
KELAS : 3KA12
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Warahmatullahi
wabarakatuh. Puji syukur saya panjatkan kepada Allah
SWT. Atas rahmatnya saya dapat
menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul
“PENALARAN ILMIAH”. Dalam
penulisan makalah ini penulis merasa masih banyak
Kekurangan baik dari segi teknis
penulisan maupun materi. Mengingat dari kemampuan
Saya selaku penulis. Untuk itu
kritik dan saran sangat diharapkan demi penyempurnaan
Makalah ini. Akhir kata, saya
ucapkan Terimakasih semoga makalah ini dapat bermanfaat
Bagi diri saya sendiri dan juga
untuk orang lain.
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR...................................................................................................... iii
DAFTAR
ISI.................................................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah......................................................................................... 1
1.3 Tujuan Penulisan........................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Penalaran..................................................................................... 2
2.2 Proposisi........................................................................................................ 4
2.2.1
Inferensi dan Implikasi...................................................................... 6
2.2.2 Wujud Evidensi................................................................................. 7
2.2.3 Cara Mneguji Data............................................................................ 8
2.2.4 Cara Menguji Autoritas..................................................................... 9
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan.................................................................................................... 10
3.2 Saran.............................................................................................................. 10
DAFTAR
PUSTAKA....................................................................................................... 11
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pencarian pengetahuan yang benar harus
berlangsung menurut prosedur atau kaedah hukum, yaitu berdasarkan logika.
Sedangkan aplikasi dari logika dapat disebut dengan penalaran serta pengetahuan
yang benar dapat disebut dengan pengetahuan ilmiah. Untuk memperoleh
pengetahuan ilmiah dapat digunakan dua jenis penalaran, yaitu Penalaran
Deduktif dan Penalaran Induktif.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud Penalaran
Deduktif dan Penalaran Induktif ?
2. Apakah arti Penalara Deduktif dan
Penalaran Induktif ?
1.3 Tujuan Penulisan
2. Memahami konsep Penalaran Ilmiah.
3. Menganalisis gagasan yang bersifat
ilmiah.
4. Menyelesaikan Tugas Bahasa
Indonesia.
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Penalaran
Penalaran adalah proses berpikir yang bertolak dari
pengamatan indera(pengamatan
empirik) yang menghasilkan sejumlah konsep dan pengertian. Berdasarkan
pengamatan yang sejenis juga akan terbentuk proposisi –
proposisi yang sejenis, berdasarkan sejumlah proposisi yang diketahui atau
dianggap benar, orang menyimpulkan sebuah proposisi baru yang sebelumnya tidak
diketahui. Proses inilah yang disebut menalar. Ada dua jenis metode dalam
menalar yaitu deduktif dan induktif.
Penalaran Deduktif
Penalaran deduktif adalah proses penalaran untuk menarik
kesimpulan berupa prinsip atau sikap yang berlaku khusus berdasarkan atas
fakta-fakta yang bersifat umum. Proses penalaran ini disebut Deduksi.
Kesimpulan deduktif dibentuk dengan cara deduksi. Yakni dimulai dari hal-hal
umum, menuku kepada hal-hal yang khusus atau hal-hal yang lebih rendah proses
pembentukan kesimpulan deduktif tersebut dapat dimulai dari suatu dalil atau
hukum menuju kepada hal-hal yang kongkrit.
Contoh :
Masyarakat Indonesia konsumtif (umum) dikarenakan adanya
perubahan arti sebuah kesuksesan (khusus) dan kegiatan imitasi (khusus) dari
media-media hiburan yang menampilkan gaya hidup konsumtif sebagai prestasi
sosial dan penanda status social.
Macam-macam Penalaran Deduktif
Macam-macam penalaran deduktif diantaranya
Silogisme
Silogisme adalah suatu proses penarikan kesimpulan secara
deduktif. Silogisme disusun dari dua proposi (pernyataan) dan sebuah konklusi
(kesimpulan). Dengan fakta lain bahwa silogisme adalah rangkaian 3 buah
pendapat, yang terdiri dari 2 pendapat dan 1 kesimpulan.
Entimen
Entimen adalah penalaran deduksi secara langsung. Dan
dapat dikatakan pula silogisme premisnya dihilangkan atau tidak diucapkan
karena sudah sama-sama diketahui.
Ciri-ciri paragraf berpola deduktif
Paragraf berpola deduktif memiliki ciri-ciri sebagai
berikut :
1) Letak kalimat utama di awal paragraf
2) Diawali dengan pernyataan umum disusul dengan uraian
atau penjelasan khusus
3) Diakhiri dengan penjelasan
Penalaran Induktif
Paragraf Induktif adalah paragraf yang diawali dengan
menjelaskan permasalahan-permasalahan khusus (mengandung pembuktian dan
contoh-contoh fakta) yang diakhiri dengan kesimpulan yang berupa pernyataan
umum. Paragraf Induktis sendiri dikembangkan menjadi beberapa jenis.
Pengembangan tersebut yakni paragraf generalisasi,
paragraf analogi,
paragraf sebab akibat bisa
juga akibat sebab.
Contoh paragraf Induktif:
Pada saat ini remaja lebih menukai tari-tarian dari barat
seperti breakdance,
Shuffle, salsa (dan Kripton), modern
dance dan lain sebagainya. Begitupula dengan jenis musik umumnya mereka
menyukai rock, blues, jazz, maupun reff tarian dan kesenian tradisional
mulai ditinggalkan dan beralih mengikuti tren barat. Penerimaan terhadap bahaya
luar yang masuk tidak disertai dengan pelestarian budaya sendiri. Kesenian dan
budaya luar perlahan-lahan menggeser kesenian dan budaya tradisional.
Macam-macam Penalaran Induktif
Macam-macam penalaran induktif diantaranya :
Generalisasi
Generalisasi adalah pernyataan yang berlaku umum untuk
semua atau sebagian besar gejala yang diminati generalisasi mencakup ciri –
ciri esensial, bukan rincian. Dalam pengembangan karangan, generalisasi
dibuktikan dengan fakta, contoh, data statistik, dan lain-lain.
Contoh generalisasi:
Jika ada udara, manusia akan hidup.
Jika ada udara, hewan akan hidup.
Jika ada udara, tumbuhan akan hidup.
∴ Jika ada
udara mahkluk hidup akan hidup.
Macam-macam generalisasi:
Generalisasi sempurna
Adalah generalisasi dimana seluruh fenomena yang menjadi
dasar penimpulan diselidiki. Generalisasi macam ini memberikan kesimpilan amat
kuat dan tidak dapat diserang. Tetapi tetap saja yang belum diselidiki.
Generalisasi tidak sempurna
Adalah generalisasi berdasarkan sebagian fenomena untuk
mendapatkan kesimpulan yang berlaku bagi fenomena sejenis yang belum
diselidiki.
Ciri-ciri paragraf berpola induktif
Paragraf berpola induktif memiliki ciri-ciri sebagai
berikut :
1) Letak kalimat utama di akhir paragraf.
2) Diawali dengan uraian/penjelasan bersifat khusus dan
diakhiri dengan pernyataan umum.
3) Paragraf induktif diakhiri dengan kesimpulan.
2.1 PROPOSISI
Proposisi sendiri berarti data yang
dapat dipercaya, disangsikan, disangkal, atau dibuktikan benar-tidaknya.Agar
pembaca dapat menerima data secara benar maka data ini harus dirumuskan dalam
kalimat berita yang netral. Proposisi ini terbangun karena
adanya unsur yang disebutterm. Term adalah kata atau kelompok kata yang dapat dijadikan
subjek atau predikat dalam sebuah kalimat proposisi. Dengan demikian, proposisi adalah pernyataan tentang hubungan yang
terdapat dalam subjek dan predikat. Sebagai contoh coba kita lihat kalimat di
bawah ini:
“Semua kaca bisa pecah”
Kalimat “Semua kaca bisa pecah” adalah sebuah bentuk proposisi, sedang kalimat “Semua kaca” dan “bisa
pecah” adalah term.
Hal
yang menjadi catatan adalah bahwa proposisi harus berupa kalimat
berita. Dalam kalimat ini pula harus dapat ditunjuk kelompok kalimat subjek dan
kelompok kalimat predikat.
JENIS-JENIS
PROPOSISI
Berdasarkan
Bentuk
Berdasarkan bentuk,
proposisi dapat dibedakan ke dalam proposisi tunggal dan proposisi majemuk.
Proposisi tunggal merupakan proposisi yang terdiri atas satu pernyataan,
sedangkan proposisi majemuk merupakan proposisi yang memuat dua (atau lebih)
pernyataan dalam satu kalimat. Sebagai contoh perhatikan kalimat di bawah ini:
“Semua
pelajar harus giat menuntut ilmu dan berdisiplin.”
Pada
dasarnya kalimat di atas terdiri dari dua pernyataan, yaitu “semua pelajar harus giat menuntut ilmu.” dan “semua pelajar harus berdisiplin.”
Berdasakan
Sifat
Berdasarkan
sifat, proposisi dapat dibedakan ke dalam proposisi kategorial dan proposisi
kondisional. Pada proposisi kategorial, hubungan subjke dan predikat terjadi
dengan tanpa syarat, contohnya dapat kita lihat pada kalimat “Semua kaca bisa pecah.”. Kemudian pada proposisi
kondisional, hubungan subjek dan predikat terjadi dengan syarat, contohnya
dapat kita lihat pada kalimat “Kalau
tidak dipotong, rambut akan panjang.”
Pada
proposisi terdapat bagian yang dijadikan penyebab dan bagian yang dijadikan
sebagai akibat. Bagian penyebab disebut antesedendan bagian akibat disebut konsekuen. Anteseden harus mendahului konsekuen.
Proposisi kondisional seperti contoh di atas disebut proposisi kondisional hipotesis. Di samping itu, terdapat
pula proposisi kondisional disjugtif, yaitu proposisi kondisional yang
mengemukakan pilihan. Biasanya ditandai dengan kata “atau” pada kalimatnya.
Contohnya adalah kalimat “WS
Rendra adalah seorang sastrawan atau budayawan.”
Berdasarkan Kualitas
Berdasarkan
kualitasnya, proposisi dapat dibedakan menjadi proposisi positif (afirmatif)
dan proposisi negatif. Proposisi positif adalah proposisi yang membenarkan
adanya persesuaian antara subjek dan predikat, contohnya adalah kalimat “Mahasiswa adalah kaum terpelajar”, sedangkan proposisi
negatif adalah proposisi yang menyatakan bahwa antara subjek dan predikat tidak
ada hubungannya, contohnya adalah kalimat “sebagian buah tidak berasa manis.”
Berdasarkan Kuantitas
Berdasarkan
kuantitasnya, proposisi dapat dibedakan ke dalam proposisi universal dan
proposisi khusus. Pada proposisi universal, predikat membenarkan atau
mengingkari seluruh subjek, yang perlu digarisbawahi di
sini adalah kata seluruh tersebut, contohnya adalah kalimat “Semua yang belajar di perguruan tinggi adalah
Mahasiswa.”.
Kemudian pada proposisi khusus, predikat membenarkan atau mengingkari sebagian subjek, yang perlu
digarisbawahi adalah kata sebagian tersebut, contohnya
adalah kalimat “tidak satupun binatang di Taman Safati
dibiarkan kelaparan.”
Ada beberapa kata-kata yang
menjadi penanda sebuah proposisi universal, antara lain:
1. Universal positif, semua, setiap,
masing-masing, apapun
2. Universal negatif, tidak satupun, tidak
sedikitpun, tak seorangpun.
Sedang untuk proposisi
khusus kata-kata yang menjadi penandanya antara lain:
1. Universal positif, sebagian, beberapa,
sering, kadang-kadang.
2. Universal negatif, tidak semua, tidak
seluruhnya.
2.2.1
Inferensi dan Implikasi
Inferensi merupakan
sebuah pekerjaan bagai pendengar (pembaca) yang selalu terlibat dalam tindak
tutur selalu harus siap dilaksanakan ialah inferensi. Inferensi dilakukan untuk
sampai pada suatu penafsiran makna tentang ungkapan-ungkapan yang diterima dan
pembicara atau (penulis). Dalam keadaan bagaimanapun seorang pendengar
(pembaca) mengadakan inferensi. Pengertian inferensi yang umum ialah proses
yang harus dilakukan pembaca (pendengar) untuk melalui makna harfiah tentang
apa yang ditulis (diucapkan) samapai pada yang diinginkan oleh saorang penulis
(pembicara).
Dalam membuat
inferensi perlu dipertimbangkan implikatur. Implikatur adalah makna tidak
langsung atau makna tersirat yang ditimbulkan oleh apa yang terkatakan
(eksplikatur).
a.Inferensi
Langsung
Inferensi yang
kesimpulannya ditarik dari hanya satu premis (proposisi yang digunakan untuk
penarikan kesimpulan). Konklusi yang ditarik tidak boleh lebih luas dari
premisnya.
Contoh:
Bu, besok
temanku berulang tahun. Saya diundang makan malam. Tapi saya tidak punya baju
baru, kadonya lagi belum ada”.
Maka inferensi
dari ungkapan tersebut: bahwa tidak bisa pergi ke ulang tahun temanya.
Contoh:
Pohon yang di
tanam pak Budi setahun lalu hidup.
Dari premis
tersebut dapat kita lansung menari kesimpulan (inferensi) bahwa: pohon yang
ditanam pak budi setahun yang lalu tidak mati.
b.Inferensi
Tak Langsung
Inferensi yang
kesimpulannya ditarik dari dua / lebih premis. Proses akal budi membentuk
sebuah proposisi baru atas dasar penggabungan proposisi-preposisi lama.
Contoh:
A : Anak-anak
begitu gembira ketika ibu memberikan bekal makanan.
B : Sayang
gudegnya agak sedikit saya bawa.
Inferensi yang
menjembatani kedua ujaran tersebut misalnya (C) berikut ini.
C : Bekal yang
dibawa ibu lauknya gudek komplit.
Contoh yang
lain;
A : Saya
melihat ke dalam kamar itu.
B : Plafonnya
sangat tinggi.
Sebagai
missing link diberikan inferensi, misalnya:
C: kamar itu
memiliki plafon.
Definisi implikasi
Pada dasarnya implikasi bisa kita
definisikan sebagai akibat langsung atau konsekuensi atas temuan hasil suatu
penelitian. Akan tetapi secara bahasa memiliki arti sesuatu yang telah
tersimpul di dalamnya. Di dalam konteks penelitian sendiri, implikasi bisa di
lihat. Apabila dalam sebuah penelitian kita mempunyai kesimpulan misalnya
"A", "Manusia itu bernafas". Maka "Manusia itu
bernafas" yang kita sebut dengan implikasi penelitian. Untuk contohnya,
dalam hasil penelitian kita menemukan bahwa siswa yang di ajar dengan metode
"A" lebih kreatif serta memiliki skill yang lebih baik.
Dengan demikian dengan menggunakan
metode belajar "A" kita bisa mengharapkan siswa menjadi lebih kreatif
dan juga memiliki skill yang baik. Setelah itu perlu juga untuk dihubungkan
dengan konteks penelitian yang telah kita bangun. Contohnya, sampelnya kelas
berapa? seperti apa karakteristik sekolah? ada berapa sampel? dan lain-lainnya.
Nah, memang sudah seharusnya implikasi penelitian di lakukan secara spesifik
layaknya karakteristik di atas.
Implikasi dapat merujuk kepada:
• Dalam manajemen:
Implikasi procedural meliputi tata analisis, pilihan representasi, peracanaan kerja dan formuasi kebijakan
implikasi kebijakan meliputi sifat substantif, perkiraan ke depan dan perumusan tindakan
• Dalam logika:
Implikasi logis dalam logika matematika
Kondisional material dalam falsafah logika
Jadi definis implikasi dalam bahasa indonesia adalah keterlibtan atau keadaan terlibat.
Contoh : implikasi manusi sebagai objek percobaan atau penelitian semakin terasa manfaat dan kepentinganya.
• Dalam manajemen:
Implikasi procedural meliputi tata analisis, pilihan representasi, peracanaan kerja dan formuasi kebijakan
implikasi kebijakan meliputi sifat substantif, perkiraan ke depan dan perumusan tindakan
• Dalam logika:
Implikasi logis dalam logika matematika
Kondisional material dalam falsafah logika
Jadi definis implikasi dalam bahasa indonesia adalah keterlibtan atau keadaan terlibat.
Contoh : implikasi manusi sebagai objek percobaan atau penelitian semakin terasa manfaat dan kepentinganya.
2.2.2
Wujud Evidensi
Evidensi adalah semua fakta yang ada, semua
kesaksian, semua informasi, atau autoritas, dan sebagainya yang
dihubung-hubungkan untuk membuktikan suatu kebenaran.
Dalam argumentasi, seorang penulis boleh mengandalkan argumentasinya pada pernyataan saja, bila ia menganggap pembaca sudah mengetahui fakta-faktanya, serta memahami sepenuhnya kesimpulan-kesimpulan yang diturunkan daripadanya.
Evidensi itu berbentuk data atau informasi, yaitu bahan keterangan yang diperoleh dari suatu sumber tertentu, biasanya berupa statistik, dan keterangan-keterangan yang dikumpulkan atau diberikan oleh orang-orang kepada seseorang, semuanya dimasukkan dalam pengertian data (apa yang diberikan) dan informasi (bahan keterangan).
Dalam argumentasi, seorang penulis boleh mengandalkan argumentasinya pada pernyataan saja, bila ia menganggap pembaca sudah mengetahui fakta-faktanya, serta memahami sepenuhnya kesimpulan-kesimpulan yang diturunkan daripadanya.
Evidensi itu berbentuk data atau informasi, yaitu bahan keterangan yang diperoleh dari suatu sumber tertentu, biasanya berupa statistik, dan keterangan-keterangan yang dikumpulkan atau diberikan oleh orang-orang kepada seseorang, semuanya dimasukkan dalam pengertian data (apa yang diberikan) dan informasi (bahan keterangan).
Kita mungkin mengartikannya sebagai “cara
bagaimana kenyataan hadir” atau perwujudan dari ada bagi akal”. Misal Mr.A
mengatakan “Dengan pasti ada 301.614 ikan di bengawan solo”, apa komentar kita
? Tentu saja kita tidak hanya mengangguk dan mengatakan “fakta yang menarik”.
Kita akan mengernyitkan dahi terhadap keberanian orang itu untuk berkata
demikian.
Tentu saja reaksi kita tidak dapat dilukiskan sebagai “kepastian”, Tentu saja kemungkinan untuk benar tidak dapat di kesampingkan, bahwa dugaan ngawur atau ngasal telah menyatakan jumlah yang persis. Tetapi tidak terlalu sulit bagi kita untuk menangguhkan persetujuan kita mengapa ? Karena evidensi memadai untuk menjamin persetujuan jelaslah tidak ada. Kenyataannya tidak ada dalam persetujuan terhadap pernyataan tersebut.
Sebaliknya, kalau seorang mengatakan mengenai ruang di mana saya duduk, “Ada tiga jendela di dalam ruang ini,” persetujuan atau ketidak setujuan saya segera jelas. Dalam hal ini evidensi yang menjamin persetujuan saya dengan mudah didapatkan.
Dalam wujud yang paling rendah. Evidensi itu berbentuk data atau informasi. Yang di maksud dengan data atau informasi adalah bahan keterangan yang di peroleh dari suatu sumber tertentu.
Tentu saja reaksi kita tidak dapat dilukiskan sebagai “kepastian”, Tentu saja kemungkinan untuk benar tidak dapat di kesampingkan, bahwa dugaan ngawur atau ngasal telah menyatakan jumlah yang persis. Tetapi tidak terlalu sulit bagi kita untuk menangguhkan persetujuan kita mengapa ? Karena evidensi memadai untuk menjamin persetujuan jelaslah tidak ada. Kenyataannya tidak ada dalam persetujuan terhadap pernyataan tersebut.
Sebaliknya, kalau seorang mengatakan mengenai ruang di mana saya duduk, “Ada tiga jendela di dalam ruang ini,” persetujuan atau ketidak setujuan saya segera jelas. Dalam hal ini evidensi yang menjamin persetujuan saya dengan mudah didapatkan.
Dalam wujud yang paling rendah. Evidensi itu berbentuk data atau informasi. Yang di maksud dengan data atau informasi adalah bahan keterangan yang di peroleh dari suatu sumber tertentu.
2.2.3 Cara Menguji Data
Data dan informasi yang digunakan dalam penalaran harus merupakan fakta. Oleh karena itu perlu diadakan pengujian melalui cara-cara tertentu sehingga bahan-bahan yang merupakan fakta itu siap digunakan sebagai evidensi.
Dibawah ini beberapa cara yang dapat digunakan untuk pengujian tersebut :
1.Observasi
2.Kesaksian
3.Autoritas
Cara menguji Fakta
Untuk menetapkan apakah data atau informasi yang diperoleh adalah fakta, maka harus diadakan penilaian. Penilaian tersebut ada dua tingkat. Yang pertama untuk meyakinkan bahwa semua bahan data tersebut adalah fakta. Yang kedua yaitu dari semua fakta tersebut dapat digunakan sehingga benar-benar memperkuat kesimpulan yang akan diambil.
Cara menguji fakta ada dua yaitu :
1.Konsistensi
2.Koheresi
2.2.4 Cara Menilai Autoritas
Menghidari semua desas-desus atau kesaksian, baik akan
membedakan pula apa yang hanya merupakan pendapat saja atau pendapat yang
sungguh-sungguh didasarkan atas penelitian atau data eksperimental. Ada
beberapa cara sebagai berikut :
1.Tidak mengandung prasangka
pendapat disusun berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh para ahli atau didasarkan pada hasil eksperimen yang dilakukannya.
2.Pengalaman dan pendidikan autoritas
Dasar kedua menyangkut pengalaman dan pendidikan autoritas. Pendidikan yang diperoleh menjadi jaminan awal. Pendidikan yang diperoleh harus dikembangkan lebih lanjut dalam kegiatan sebagai seorang ahli. Pengalaman yang diperoleh autoritas, penelitian yang dilakukan, presentasi hasilpenelitian dan pendapatnya akan memperkuat kedudukannya.
Kemashuran dan prestise
Ketiga yang harus diperhatikan adalah meneliti apakah pernyataan atau pendapat yang akan dikutip sebagai autoritas hanya sekedar bersembunyi dibalik kemashuran dan prestise pribadi di bidang lain.
Koherensi dengan kemajuan
Hal keempat adalah apakah pendapat yang diberikan autoritas sejalan dengan perkembangan dan kemajuan zaman atau koheren dengan pendapat sikap terakhir dalam bidang itu.
1.Tidak mengandung prasangka
pendapat disusun berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh para ahli atau didasarkan pada hasil eksperimen yang dilakukannya.
2.Pengalaman dan pendidikan autoritas
Dasar kedua menyangkut pengalaman dan pendidikan autoritas. Pendidikan yang diperoleh menjadi jaminan awal. Pendidikan yang diperoleh harus dikembangkan lebih lanjut dalam kegiatan sebagai seorang ahli. Pengalaman yang diperoleh autoritas, penelitian yang dilakukan, presentasi hasilpenelitian dan pendapatnya akan memperkuat kedudukannya.
Kemashuran dan prestise
Ketiga yang harus diperhatikan adalah meneliti apakah pernyataan atau pendapat yang akan dikutip sebagai autoritas hanya sekedar bersembunyi dibalik kemashuran dan prestise pribadi di bidang lain.
Koherensi dengan kemajuan
Hal keempat adalah apakah pendapat yang diberikan autoritas sejalan dengan perkembangan dan kemajuan zaman atau koheren dengan pendapat sikap terakhir dalam bidang itu.
BAB
3 PENUTUP
3.1
KESIMPULAN
Dari
isi makalah ini pembaca akan dapat memahami apa itu Penalaran Ilmiah dan
bermacam hal yainnya. Diharapkan pembaca lebih pintar untuk membedakan
pengertian-pengertian didalam materi yang terkandung dalam makalah ini. Semoga
makalah ini dapat menjadi sumber serta menambah wawasan untuk pembacanya.
3.2
SARAN
Materi
yang terdapat dalam makalah ini belum sempurna dalam pembuatannya. Sebaiknya
sebagai pembaca harus lebih cerdas dalam mengkaji isi materi tersebut. Anda
bisa mencari dari sumber yang lebih luas.
DAFTAR PUSTAKA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar